Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu Jiwa

Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu Jiwa . Bagaimana hubungan antara ilmu akhlak dan ilmu jiwa dalam pelajaran akhlak atau agama 4 ? ini yang akan kembali saya share, dimana sebelumnya saya sudah share mengenai Hubungan ilmu Akhlak dengan Tauhid , semoga ini bermanfaat.

Dilihat dari segi bidang garapannya, Ilmu Jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui psikologis yang dimiliki seseorang. Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan, misalnya akan melahirkan perbuatan sikap yang enangpula, sebaliknya jiwa yang kotor, banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat dan menyesatkan orang lain.
Dengan demikian ilmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek batin manusia dengan cara penginterpretasikan perilakunya yang tampak. Melalui bantuan informasi yang diberikan ilmu jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan al-Qur’an, maka secara teoritis ilmu Akhlak dapat dibangun dengan kokoh. Hal ini lebih lanjut dapat kita jumpai dalam uraian mengenai akhlak yang diberikan Quraish Shihab, dalam buku terbarunnya, Wawasan al-Qur’an. Ia mengatakan bahwa: “Kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya. Ini berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut”. Lebih lanjut mengutip ayat yang berbunyi:

“Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)nya dua jalan mendaki mendaki (baik dan buruk)”. (QS. Al-Balad, 90:10).

Namun demikian dalam kesimpulannya, Quraish Shihab berpendapat bahwa walaupun kesua potensi ini (baik dan buruk) terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-Qur’an bahwa kebajikan lebih dahulu menghias diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan.
Selain itu di dalam ilmu jiwa juga terdapat informasi tentang perbedaan psikologis yang diaami seseorang pada setiap jenjang usianya. Gejala psikologis yang dialami anak usia di bawah 5 tahun (balita), kanak-kanak (5-6 tahun), anak-anak (7-12tahun), remaja (13-19 tahun), dewasa (20-40 tahun), orang tua (41-60 tahun), lanjut usia (61-seterusnya) ternyata berlainan.
Banyak hasil pembinaan akhlak yang telah dilakukan para ahli dengan mempergunakan jasa yang diberikan ilmu jiwa, seperti yang dilakukan para psilolog terhadap perbaikan anak-anak nakal, berperlaku menyimpang dan lain sebaginya.
 demikian mengenai Hubungan ilmu Akhlak dan Jiwa , semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

You May Like :

0 Response to "Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu Jiwa"