Cerita Tragedi UN dengan otak pas-pasan (Note to MY PRESIDENT), ini isi kepala ane pas ngadapin UN 2011/2012 dengan kapasitas otak yang pas-pasan.. hahaha
Curhat sama president...
Assalamu`alaikum Pak president,,,,
Pak, saya seorang siswa kelas XII, satu minggu yang lalu kami baru selesai melaksanakan UN... Pak, Bapak tau nggak?? Kami menganggagap bukanlah sesuatu yang fare bagi kami jika UN dijadikan tolak ukur kemampuan kami. Bagaimana bisa hanya dengan 6 mata pelajaran negara bisa menentukan kecerdasan seorang siswa?? Padahal disekolah kami punya 21 bidang study.
Mungkin kami tidak ahli dalam mata pelajaran yang negara ujikan, tapi kami ahli dalam bidang study lain, dibidang agama atau olahraga kesenian. Pak, kami dapati di lembar jawaban tertulis “salinlah kalimat ini –saya mengerjakan ujian dengan jujur-“ Mengapa kami harus jujur pak, sedangkan wakil-wakil kami yang duduk dikursi pemerintah tak ada yang jujur melaksanakan amanah kami. Mengapa kami harus jujur??? Sudah jelas gambaran pemerintah yang seharusnya menjaadi contoh baik yang seharusnya disorot oleh kamera wartawan bukannberita yang menaikkan kemarahan kami “dimana sebenarnya hukum Indonesia berlaku??” Mengapa kami harus jujur pak???
Hmmm.... UN bukan solusi yang fare bagi pendidikan kami, tak semua kami sehebat Bapak, tak semua kami Secerdas Bapak dan tak semua kami sepintar Bapak. Pak, bukannya kami tertantang harus belajar lebih giat untuk bisa menyelesaikan soal UN, tetapi kami merasa kami ini teroris bangsa, ujian harus di jaga oleh polisi, sebenarnya dijaga Tuhan udah cukup, :D. Mengapa bukan mentri-mentri atau pejabat negara yang Bapak amankan agar korupsi bisa berkurang jika tak mungkin hilang dari negara ini, karena pejabat sekarang udah ngga nganggap Tuhan itu ada.
Pak mengapa kami harus dijaga polisi??? Kami bukan penjahat pak, kami siswa kelas XII yang harus mengerjakan soal-soal yang tak semua kami mengerti. Pak, bukan tantangan kecerdaasan bagi kami, tetapi tantangan psikologi kami sekuat apa mental kami?? Tak sekalipun kami dapatkan UN ini menjadi solusi jitu mengukur kecerdasan kami dalam belajar, yang kami dapatkan mengukur secerdas apa kami mendapatkan kunci jawaban sebelum memasuki ruang ujian. Terbukti, kami lebih cerdas curang dibandingkan cerdas belajar. Pendidikan curang yang kami dapatkan. Tetapi mengapa kami curang dipermasalahkan??? Mengapa kecurangan pemerintah yang lebih berbahaya jarang dipermasalahkan, bahkan jarang mendapatkan hukuman yang sebanding.
Pak president, Mungkin cukup pemerintah sukses menghancurkan mental beberapa siswa karena menghadapi UN. Bapak pasti tau diantara kami banyak jatuh sakit karena stress saking takutnya UN padahal hanya melingkar, bahkan ada diantara kami merelakan nyawanya melayang dengan bunuh diri saking takutnya ia jika No kelulusannya tak muncul di kertas print.
okee Pak, kini kita berandai, Jika anak Bapak seusia dengan kami. Apa mungkin bapak rela, jika no nya tak lulus, mungkin Malunya Bapak takkan terbendung. Begitu juga orang tua kami pak, kami tak pintar dalam 6 bidang study. Seharusnya kami bisa mengembangkan bakat kami dibidang lain, tetapi karena no kelulusan tak muncul kami harus mengurung diri menanggung malu padahal itu bukanlah sebuah aib. yang bilang lebih baik ngulang UN tahun depan daripada curang hanya 1 diantara 1000 pak..
Hmm. Hmm.. Sebanrnya kami hanya ingin keadilan pak. Seharusnya bapak paham, jika semua kami hebat seperti bapak, pasti kami semua menjadi president, tak ada yang menjadi dokter, tak ada yang menjadi pedagang, tak ada yang menjadi guru, tak ada yang menjadi karyawan, tak ada yang menjadi teman, takkan ada yang menjadi sahabat, tidak ada saling tolong menolong, tidak akan ada saling kerjasama. Pak, sebenarnya kesuksesan itu di tangan siapa?? Ditangan kami atau ditangan pemerintah?? Hanya dengan kegagalan UN kami harus berhenti melangkah mengejar cita-cita, harus berhenti berharap akan menjadi seperti bapak, harus menundukkan kepala dihadapan seluruh makhluk Tuhan. Bukan pak, bukan itu yang kami ingin. Kami ingin suskes dengan kehendak kami, kami ingin sukses dengan kecerdasan kami bukan dengan kecerdasan paksaan dari pemerintah.
Apa bapak yakin dalam pembuatan soal dan Lembar jawaban tidak ada korupsi ???
Apa bapak yakin ??
Mengapa kami dipaksa untuk cerdas pada enam mata pelajaran ??
bukan kecerdaasan yang kami dapat, hanya segunung keterpaksaan kami untuk curang dan menjadikan kebodohan didalam diri yang duduk termenung memandangi lembaran Soal , menebak-nebak huruf mana yang akan dilingkari di atas lembar jawaban kerja, berdoa agar ada hidayah Tuhan, berdoa agar ada contekan tak peduli contekan itu benar atau salah, yang penting tekanan batin kami hilang.
Pak, kami ini seakan diibaratkan seperti maling,yang dijaga aparat keamanan, yang ketahuan mencontek, akan di bawa keakntor polisi. Tetapi secerdas-cerdasnya polisi akan lebih cerdas malingkan pak (selagi dia ngga apes). Sama seperti pemerintahan bapak, secerdas-cerdasnya KPK memberantas korupsi akan semakin meningkat kecerdasan pemerintah untuk korupsi.
Hmmm... Sebenarnya kami tidak mendapati hal positif dalam UN ini pak, tetapi kami hanya ingin menyampaikan saran yang mengetahui kecerdasan kami bukan pemerintah yang tak pernah matanya melihat kami, tapi kecerdasan kami ada ditangan kami dan pada orang-orang disekeliling kami. Kami tidak berharap UN dihilangkan, kami hanya berharap semoga semua kebijakan Bapak dalam mensukseskan pemuda negeri benar-benar menjadi ajang untuk memperbaiki akreditas negeri. AAmiin .
0 Response to "Cerita Tragedi UN dengan otak pas-pasan (Note to MY PRESIDENT)"
Posting Komentar