Cerpen Fiksi Onepiece dan Peter

Cerpen Fiksi Onepiece dan Peter : Selamat malam sahabat berry blog, malam ini kita dapat kiriman sebuah fiksi/cerpen menarik dari seorang wanita yang bernama nadya chan.

ONE PIECE DAN PETER

“Dia lelaki bertubuh tinggi besar itu sangat menyukai tokoh kartun One piece. Koleksinya sudah banyak dia miliki.
Akhirnya tiba pada saat itu dia bertemu dengan lelaki yang disangkanya seorang tokoh kartun, lelaki berambut pirang tinggi. Peter nyaris pingsan dengan apa yang di lihatnya. Baginya ini seperti tidak nyata. Tidak hanya satu tokoh yang dia temukan tetapi bertambah menjadi banyak.
Apakah ini mimpi atau tidak ?
Silahkan di baca Cerpen ini.
The story

by : Nadya Chan
email : nadia.chank@yahoo.co.id 

Cerpen Fiksi Onepiece dan Peter


Pagi itu matanya terbuka lebar serta senyum indah terukir dari bibir coklatnya. Lelaki bertubuh tinggi besar dan berparas tampan itu berangkat menuju tempat kuliahnya dengan sepeda motor kesayangannya yang di sebutnya dengan “Champ”.

Peter Watson, ya itulah namanya, tetapi lelaki ini lebih sering di panggil ‘Pet’. Lelaki ini dapat menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari. Banyak yang memberinya nasehat tetapi dia tidak mengindahkan semua itu. Apalagi ibunya yang tidak suka dengan lelaki perokok. Makanya jika di rumah Peter tidak pernah merokok sama sekali. Ya.. maklum sajalah.
Peter yang di besarkan lama oleh ibunya ini membenci sosok ayah dalam kehidupannya. Sejak perceraian Orang tuanya 10 tahun lalu membuat perubahan besar dalam kehidupannya.
Peter memiliki sifat yang menyenangkan dan membuatnya mempunyai banyak teman dimana-mana.
“Pagi!”, sapa Ryan.

“Oh.. Pagi Ryan!”, balas Peter yang mulai berjalan menelusuri koridor bersama Ryan.
Ryan salah satu teman akrab Peter. Tak jarang mereka menghabiskan waktu bersama.
“Sepulang kuliah aku akan membeli komik One piece Edisi 69 dan 70”, Peter memulai.
“Bukannya edisi 69 sudah keluar sebulan yang lalu”, kata Rian mengernyitkan keningnya,“Kalau yang edisi 70 aku belum baca dan kabarnya edisi ini sedang beredar banyak. “
“Aku memang sudah membaca edisi 69, tapi hanya menambah koleksi pribadi di kamarku.” Lugasnya sambil menyulut sebatang rokok dan pemantiknya, “Kau mau ikut tidak?”
Dengan senyum simpul dan mengambil sebatang rokok di sakunya Ryan berkata, “Ya baiklah.”

***

Seorang wanita yang sedang berjalan sendirian di koridor. Dia tidak tahu harus pergi kemana karena tak seorang pun teman dekatnya yang masuk kuliah hari ini. Hal ini membuatnya gelisah, dia harus sendirian menunggu jam kuliah berikutnya. Kegelisahan terukir di raut wajahnya yang tak tahu harus kemana, gadis ini memutuskan untuk duduk di lantai dan menyandarkan tubuhnya ke sisi dinding koridor sambil menatap langit-langit dan berharap ada seseorang yang datang dalam kesendiriannya.

Dari kejauhan seorang laki-laki datang melewati koridor. Gadis ini mengenalnya sebagai salah satu seniornya. Gadis ini merasa agak malu jika dirinya di dapati dalam keadaan sendirian duduk di lantai koridor. Gadis ini segera mengeluarkan Handphonenya untuk berpura-pura mempunyai kesibukan.
Jantungnya mulai berdegup kencang ketika lelaki yang betubuh tinggi besar itu mulai mendekatinya.
“Apa yang sedang kau lakukan disini Grace?”,tanya Peter melihatnya sendirian di koridor.
“Oh.. Aku sedang menunggu teman”, katanya gugup.
Peter yang semula berdiri kemudian berjongkok dan ikut duduk di sebelah Grace.
“Boleh aku duduk?”
“Yah, tentu saja boleh.”, Grace tersenyum simpul, dia merasa senang karena akhirnya ada juga yang mau menemaninya.
“Kau tidak kuliah?”, tanya Peter sambil mengisap rokoknya.
“Sebentar lagi, makanya aku menunggu disini.”
“Kau suka menyendiri ya?”, tanya Peter.
“Menyendiri?”, Grace mengernyitkan keningnya dan mencari alasan lain kalau sebenarnya dia memang suka menyendiri saat temannya tidak ada, “Tidak, aku hanya menunggu disini karena memang sudah janjian dengan temanku di koridor ini.”
Mereka hening sejenak. Peter menatap Grace dan kemudian tertawa kecil, sehingga Grace merasa aneh karenanya.
“Kau ini lucu ya?”, kata Peter tertawa.
“Lucu kenapa?”, Grace bingung.
“Aneh ya, gadis manis tapi suka menyendiri.”
“Aku kan tidak bilang suka menyendiri, tapi sedang menunggu teman”, jawab Grace yang mulai malu karena kedoknya nyaris di ketahui seniornya ini.
“Disini kau rupanya..”, Ryan datang menghampiri. “Wah ada Grace!”.
Grace tersenyum saat seniornya yang tinggi kurus itu menyapanya.
“Bagaimana, hari ini jadi ke Toko buku ‘kan?”, kata Ryan.
“Tentu”, kata Peter berdiri dan mengambil tasnya, “Tadinya aku mau mengajakmu Grace, tapi kau sedang ada kuliah hari ini. Ya sudah, aku pergi dulu.”
Grace hanya diam terpaku ketika senior-seniornya itu pergi, dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Sepertinya dia mulai berubah pikiran.
Grace berlari mengejar seniornya dan berkata, “ Aku berubah pikiran”.
Peter dan Ryan menoleh berbalik ke arahnya dengan kebingungan.
“Aku ikut, aku juga mau membeli komik naruto edisi ke 59”, kata Grace sedikit malu dengan mengalihkan pembicaraan.
“Bagaimana dengan kuliahmu?”, tanya Peter.
“Aku tidak masuk, aku bosan sendirian disini.” , jawab Grace sambil membuang mukanya.
“Ehmm.. Bagaimana dengan...”
“Mereka tidak masuk kuliah hari ini,” sela Grace yang tak mau bertambah malu.
“Sudah ku duga”, kata Peter cengengesan.

***

Malam pun segera menghampiri, Peter membuka komik yang di belinya dan membaca hingga larut malam. Saat itu jam menunjukkan pukul 12 malam. Kecintaannya terhadap komik One piece membuat Peter menahan kantuknya dan tak ingin sedikit pun menutup matanya karena sangat ingin menyelesaikan komiknya.
Tiba-tiba jendela kamarnya terbuka, angin malam itu sangat kencang. Peter terkejut ketika jendelanya terbuka sendiri. Tanpa rasa takut sedikit pun dia mendekati jendelanya dan melihat ke luar. Tak ada apa-apa, hanya angin yang menampar wajahnya saat itu. Peter pun menutup jendelanya. Hanya dua langkah dia berbalik saat menutup jendela Peter mendengar suara berisik di halaman rumahnya. Peter berbalik dan membuka jendelanya. Dia menajamkan matanya dan memperhatikan dari sudut ke sudut halaman rumahnya. Dengan teliti dia memperhatikan semua tempat, akhirnya pandangannya terhenti disalah satu pohon. Pohon mangganya terlihat bergoyang-goyang. Peter pun segera berlari keluar dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Saat Peter mendekati pohon tersebut terjadi sebuah ledakan kecil yang asalnya jatuh dari atas pohon. Ledakan itu membuat asap yang tebal dan mengepul sehingga menghalangi penglihatannya. Terdengar suara seorang laki-laki yang terbatuk-batuk di balik asap tersebut.
Asap sudah mulai hilang dan lelaki tinggi kurus berambut kuning itu berdiri dan menyeka debu di bahunya. Peter sangat terkejut dan bola matanya yang membulat besar serasa mau keluar ketika melihat lelaki di depannya tersebut, lelaki yang di kenalnya sebagai..
“Kau.. Sanji ?”, ujar Peter tidak percaya.
Lelaki itu melihat ke arah Peter sambil menyulut sebatang rokok dan memantiknya.
“Ya, kau sendiri siapa?”, Jawab laki-laki dengan nada serengeh.
“Apa!”, Peter nyaris pingsan mendengarnya dia tidak menyangka salah satu tokoh komik kesayangannya ada di depannya.
“Hei, jawab aku!”, geramnya,”Ini dimana?!”
“Eh, ini dirumah ku, kenapa kau bisa datang kesini?”, jawab Peter takut-takut.
“Heh.. !”, Sanji memulai ceritanya,” Kalau saja Lutfy si manusia karet itu tidak meninjuku sekeras ini mana mungkin aku bisa sampai terlempar sejauh ini. Sial!”
Peter benar-benar tidak habis pikir, bagaimana seorang tokoh kartun bisa datang ke dunianya, dunia nyata. Peter terus menatap Sanji seakan tidak percaya apa yang dilihatnya.
“Hei, anak muda! Kenapa kau melihatku seperti itu?”, Sanji mendekati Peter.
“Aku tidak percaya, kenapa kau bisa ada disini. Maukah kau menanda tangani baju ku ini?”, kata Peter yang mulai mempercayai apa yang di lihatnya.
“Tanda Tangan?”, kata Sanji sedikit bingung, “Untuk apa?”.
“Kau tidak tahu ya, kalau kau adalah salah satu orang yang ada dalam tokoh kartun One Piece?”, jelas Peter.
“One Piece? Hei itukan nama kapal kami. Kenapa kau tahu?”, Sanji mulai bingung dengan semua ini.
“Ayo masuklah ke rumahku, akan ku tunjukkan sesuatu?”. Peter mengajak Sanji ke dalam rumahnya.
Di dalam kamarnya Peter mengambil sesuatu untuk dia perlihatkan kepada Sanji. Sementara sanji kembali menyulut rokok dan mengepulkan asap di kamar Peter.
“Hei, kalau ibuku tahu ada yang merokok di rumah ini, aku bisa mati”, kata Peter mengingatkan.
Sanji tidak mendengarkan apa yang dikatakan Peter. Peter mengangkat setumpuk komiknya dan membawanya untuk Sanji.
“Ini, lihatlah!”, kata Peter menyuruh Sanji untuk membuka satu persatu komiknya.
Sanji mengambil salah satu komik dan dia benar sangat takjub melihatnya.
“Hei, ini Lutfy, aku, Nami, Zorro dan yang lainnya.”, kata Sanji melihat lebih jelas lagi,”Wah.. Apa segitu terkenalkah kami?”
“Hei ayolah”, Peter mulai mengharapkan sesuatu,”Tanda tangani bajuku ini Sanji!”,
“Bagaimana ya?”, Sanji sejenak berpikir,”Bagaimana cara aku kembali ke dunia ku?”.
Sanji sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan Peter. Dia sibuk memikirkan cara bagaimana kembali ke dunianya. Selang beberapa saat terdengar suara berisik di luar. Sanji dan Peter segera bergegas melihat keluar. Peter nyaris pingsan untuk kedua kalinya dia melihat tokoh kartun dalam jumlah yang cukup banyak. Dia melihat Lutfy, Zorro dan Nami.
“Hei, Sanji dimana kau?”, teriak wanita berambut oranye yang mempunyai dada besar itu.
“Dasar orang bodoh! Bisanya Cuma bikin masalah, menyusahkan sekali!”, umpat lelaki berambut hijau berbadan besar yang di kenal sebagai Zorro.
“Sebentar lagi juga dia pasti menampakkan dirinya”, kata lelaki kurus yang terlihat sangat tidak menarik ini.
Sementara dari atas rumah Sanji melihat orang-orang itu sibuk membicarakan kelihangan dirinya.

“Wah.. Nami sayaaaang!”, Sanji berubah menjadi lelaki nakal, “Akhirnya kau datang menjemputku sayaaang <3 .="" br=""> Sanji meloncat dari atas jendela dan menghampiri mereka. Lutfy, Zorro, dan Nami sontak kaget melihat Sanji datang. Peter berlari ke bawah untuk melihat orang yang disangkanya tidak nyata itu.
“Sudah ku duga, anak bodoh ini ternyata disini”, kata Zorro menyindir Sanji.
“Haha.. Hei Sanji, kenapa tiba-tiba menjadi lemah sekali. Baru saja aku meninjumu kau sudah terlempar jauh kesini.” Lutfy mengolok Sanji.
“Diam kalian! Menyebalkan sekali. Bukannya minta maaf sudah mengirimku jauh-jauh kesini”, ujar Sanji sedikit jengkel.
Tiba-tiba Peter datang dan mengusik pembicaraan mereka.
“Hei.. Apakah kalian ini nyata?!”, Peter berteriak kagum.
“Siapa dia Sanji?”, kata Zorro yang mulai mengeluarkan pedangnya.
“Dia yang menemukan ku pertama kali disini, sebaiknya kau simpan pedangmu”.
Zorro memasukkan kembali pedangnya.
“Ya sudah, tunggu apa lagi”, Nami memotong pembicaraan,”Ayo berangkat!”.
“Tidak, tunggu dulu!”, kata Peter menghalangi orang-orang itu.
Zorro mulai agak marah dengan tindakan Peter, tiba-tiba lutfy mendekati Peter.
“Mau apa kau?”, kata Lutfy.
Sedikit percaya atau tidak Lutfy menyentuh Peter. Terasa hawa dingin dari tangan Lutfy. Dengan memberanikan dirinya Peter mengungkapkan keinginannya.
“Hei, Lutfy bolehkah aku ikut bersama mu?”
Semua tertawa mendengar apa yang dikatakan Peter.
“Itu tidak mungkin kan, mana mungkin orang seperti dia dibawa”, kata Zorro sambil tertawa.
“Benar, kau bukan orang-orang kami.”, lanjut Nami.
Angin makin kencang dan hawa pun semakin terasa dingin, pertanda hampir pagi.
“Maaf, aku tidak bisa membawamu”, Lutfy dengan tegas mengatakannya.
“Ya, baiklah”, Peter terdiam.
Mereka semua berangkat dengan berjalan menuju arah depan, tetapi tiba-tiba sekali lagi Peter menghalangi orang-orang itu.
“Jika tidak membawaku, tolong tanda tangani baju ini”, pinta Peter.
“Maaf kawan”, kata Sanji yang sepertinya kehabisan kesabaran.
Sanji menendang Peter dengan kuat sehingga dia terpental masuk ke jendela kamarnya.

***

Pagi menjelang, alarm jam pun berbunyi. Peter tersadar dan bangun dan mematikan alarmnya. Dio menyadari tubuhnya tergelatak dilantai kamarnya. Dia merasa pusing sekali dan keringat dingin pun mulai mengucur di tubuhnya. Dilihatnya setiap sudut kamarnya, terlihat tumpukan komik yang berserakan dikamarnya. Peter mencoba berdiri dan mengambil salah satu komik yang dia rasa Sanji memegang komik tersebut. Di kasurnya terdapat puntung rokok. Peter benar-benar sangat tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Kali ini dia benar-benar pingsan dengan kenyataan yang dia alami.
Selang beberapa saat kemudian.

“Peter! !”,ibunya membangunkannya,”Ayo bangun ‘nak! Jam berapa ini !”
Peter tersadar dari pingsannya, ibunya memaki-maki dirinya dengan melihat seisi kamarnya berantakan.
“LIHAT INI! APA YANG IBU TEMUKAN!”, ibunya benar-benar naik pitam ketika menemukan puntung rokok di kamarnya. “DASAR ANAK NAKAL! BERAPA KALI IBU BILANG JANGAN PERNAH MEROKOK DAN LIHAT BAJUMU, PENUH CORETAN MENJIJIKKAN KELAKUANMU! KAU IBU HUKUM, SELAMA SEMINGGU KAU TIDAK DAPAT UANG JAJAN!”.
Ibunya keluar menghempaskan pintu kamarnya. Peter terdiam sejenak tidak dapat menjawab apa kata ibunya. Dia beralih ke cermin dan melihat dirinya. Sekali lagi dia sangat terkejut ternyata di bajunya tertulis nama Lutfy, Sanji, Zorro, dan Nami serta tanda tangannya. Dia berteriak bahagia dengan apa yang dilihatnya. Ternyata apa terjadi semalam nyata. Karena membuat kegaduhan dikamarnya, mamanya datang dan mulai marah lagi.

“KAU INI KENAPA SIH!”, katanya dengan nada tinggi,”APA KAU SENANG DENGAN HUKUMAN YANG MAMA BERIKAN. DENGAR IBU SUDAH BERITAHU ADIKMU LYSA, MELARANGNYA SUPAYA TIDAK MEMBERIMU UANG!”
“Ibu..”, Dio menyela untuk membela dirinya,” Ibu harus dengar penjelasan Pet dulu.”
Peter berusaha untuk meyakinkan Ibunya, tetapi karena ibunya sudah terlalu emosi, ibunya tidak mau mendengar penjelasan anaknya.
“PENJELASAN APALAGI ! SEKARANG BERSIHKAN KAMARMU INI DAN CUCI BAJUMU ITU !”

Sekali lagi ibunya membanting pintu kamarnya. Entah apa yang dipikirkan Peter, dia sama sekali tidak ingin membersihkan kamarnya dan mengambil kembali puntung rokok Sanji yang di buang ibunya ke lantai. Dia menyimpan puntung rokok itu dalam sebuah kotak kecil. Di pikirannya dia sama sekali tidak ingin mandi karena dia sudah di sentuh tokoh kartun kesukaannya.
The End J

Mau karya mu di publish seperti ini ? silahkan kirim karyamu ke berry blog, lihat caranya DISINI ya.

You May Like :

0 Response to "Cerpen Fiksi Onepiece dan Peter"